Halaman Aktif

Selamat Datang

Belajar Ilmu Penyakit Tumbuhan merupakan blog baru untuk mendukung pembelajaran blended learning mata kuliah Ilmu Penyakit Tumbuhan bagi mahasiswa Faperta Undana. Blog sedang dalam pembuatan sehingga belum dapat menyediakan layanan secara penuh. Silahkan berkunjung kembali untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan dukungan pembelajaran yang diberikan melalui blog ini. Mohon berkenan menyampaikan komentar dengan mengklik tautan Post a Comment di bawah setiap tulisan.

Selasa, 04 Oktober 2022

2.2. Mendiagnosis Penyakit Tumbuhan: Apakah Gejala Penyakit dan Tanda Patogen Saja Sudah Cukup?

Pada materi 2.1 kita sudah mempelajari gejala penyakit dan tanda patogen. Dari apa yang sudah kita pelajari, kita mengetahui bahwa pada umumnya patogen menimbulkan gejala penyakit yang khas pada tanaman yang diinfeksinya. Sejumlah patogen memang dapat menimbulkan gejala penyakit yang sama, tetapi kita juga mengetahui bahwa setelah menginfeksi dan kemudian berkembang pada tanaman yang diinfeksinya, patogen juga dapat menghasilkan tanda yang dapat diamati. Dengan dasar berpikir sederhana maka kita dapat menyimpulkan bahwa gejala penyakit dan tanda patogen dapat kita gunakan untuk mendiagnosis penyakit tumbuhan. Pada materi kuliah 2.2 ini kita akan membahas bagaimana menggunakan gejala penyakit dan tanda patogen untuk mendiagnosis penyakit tumbuhan.

2.2.1. MATERI KULIAH

2.2.1.1. Membaca Materi Kuliah
Diagnois, Istilah Terkait, dan Arti Penting
Istilah diagnosis dalam ilmu penyakit tumbuhan mempunyai pengertian menentukan gejala penyakit dan/atau tanda patogen dan organisme yang menyebabkan gejala penyakit dan/atau tanda patogen. Untuk menentukan organisme yang menyebabkan gejala penyakit dan/atau tanda penyakit tertentu maka patogen yang berhasil diisolasi dari tanaman bergejala penyakit dan/atau bertanda patogen tertentu tersebut perlu diidentifikasi. Dengan kata lain, istilah diagnosis dimaksudkan untuk menentukan penyakit yang diderita tanaman, sedangkan istilah identifikasi dimaksudkan untuk menentukan organisme penyebab penyakit (patogen). Dalam hal melakukan diagnosis penyakit, hasilnya adalah uraian mengenai gejala penyakit dan/atau tanda patogen, nama patogen, dan nama penyakit. Pada pihak lain, dalam melakukan identifikasi patogen, hasilnya adalah nama patogen, dalam hal ini nama ilmiah berlaku untuk patogen bagi penyakit yang bersangkutan.

Selain istilah diagnosis penyakit tumbuhan, saat ini juga sering digunakan istilah deteksi penyakit tumbuhan (plant disease detection). Istilah deteksi penyakit terutama digunakan bila dalam diagnosis penyakit digunakan teknik-teknik modern yang memungkinkan untuk memperoleh hasil yang tepat secara cepat. Berkaitan dengan hail ini maka uraian mengenai diagnosis penyakit saya bedakan menjadi dua bagian:
  1. Mendiagnosis penyakit secara konvesional, jika dilakukan dengan menggunakan teknologi dasar
  2. Mendiagnosis penyakit dengan dukungan teknologi modern, jika dilakukan dengan menggunakan teknologi modern
Pada dasarnya, kedua cara melakukan diagnosis penyakit ini diawali dari langkah awal yang sama, yaitu sama-sama berawal dari ditemukannya gejala penyakit dan/atau tanda patogen tertentu pada tanaman. Perbedaannya terjadi dalam hal bagaimana gejala penyakit dan/atau tanda patogen yang ditemukan pada tanaman selanjutnya diperlakukan.

Diagnosis dan deteksi penyakit tumbuhan mempunyai arti yang sangat penting dalam kaitan dengan pengelolaan penyakit, yaitu melakukan tindakan tertentu untuk mencegah tanaman menjadi sakit dan mengurangi penyebaran patogen dari tanaman sakit. Uraian mengenai pengelolaan penyakit akan diberikan sebagai materi tersendiri pada bagian akhir dari mata kuliah ini. Misalnya, dalam menentukan jenis fungisida yang akan digunakan untuk melindungi tanaman, perlu diketahui organisme penyebab penyakit sebab bahan aktif fungisida tertentu hanya dapat membunuh patogen jenis tertentu. Dalam kaitan dengan pengelolaan penyakit, perlu diperhatikan bahwa terdapat perbedaan antara penyakit pada hewan dan manusia dengan penyakit tumbuhan. Penyakit pada manusia dan hewan dapat diobati, sedangkan penyakit tumbuhan tidak dapat diobati. Hal ini berkaitan dengan perbedaan karaskteristik antara sel/jaringan hewan dan sel/jaringan tumbuhan. Sel/jaringan tumbuhan yang sudah mengalami kerusakan karena infeksi patogen tidak dapat memulihkan diri setelah dirusak oleh patogen. Oleh karena itu, dalam hal menghadapi penyakit tumbuhan, keberadaan penyakit perlu diketahui secara dini dan tindakan pengelolaan perlu dilakukan sesegera mungkin sehingga berlaku istilah deteksi dini dan tanggap cepat (early detection and rapid reponse, EDRR)

Mendiagnosis Penyakit Tumbuhan secara Konvesional
Mendiagnosis penyakit secara konvensional dilakukan dengan mengenali gejala penyakit dan tanda patogen pada tanaman tertentu yang dilanjutkan dengan mengisolasi dan mengidentifikasi patogen untuk menentukan penyakit yang dialami tanaman dan patogen yang menyebabkan penyakit yang bersangkutan. Mendiagnosis penyakit secara konvensional pada dasarnya dilakukan dengan berdasarkan pada Postulat Koch sebagai berikut:
  1. Organisme penyebab penyakit harus dapat diidolasi dari tanaman sakit
  2. Organisme penyebab penyakit harus dapat diisolasi dari tanaman sakit dan dapat dibiakkan secara murini pada media buatan
  3. Organisme dari biakan murni harus menyebabkan penyakit dengan gejala yang sama jika diinokulasikan pada tanaman yang sama
  4. Organisme yang sama dengan yang diisolasi dari tanaman sakit harus dapat diisolasi kembali dari tanaman sakit setelah diinokulasi
Namun kemudian dikletahui bahwa tidak semua organisme penyebab penyakit dapat dibiakkan murni dalam media buatan karena organisme yang bersifat parasit obligat hanya dapat dumbuh dalam jaringan hidup. Demikian juga patogen golongan virus yang hidup dan berkembang dengan memanipulasi rangkaian asam nukleat inang, juga tidak dapat dibiakkan dalam media buatan. Oleh karena itu, kriteria kedua tidak dapat dilakukan. Dalam banyak kasus, diagnosis penyakit tumbuhan dilakukan hanya dengan berdasarkan pada kriteria pertama disertai dengan kriteria lain, misalnya Kriteria Hill yang lazim digunakan dalam epidemiologi penyakit manusia.

Menurut Riley (2002), sebagaimana dimuat dalam halaman situs American Phytopathological Sociaty (APS), mendiagnosis penyakit dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Mengengetahui keadaan tanaman sehat, dilakukan dengan mengidentifikasi nama tanaman secara tepat dan kemudian kemudian membiasakan mengamati tampilan tanaman yang bersangkutan dalam keadaan sehat. Dengan mengetahui nama tanaman maka dapat dicari daftar nama penyakit yang bisa terjadi pada tanaman yang diamati, misalnya APS menyediakan daftar nama umum penyakit tumbuhan (common names of plant diseases) dan Wikipedia menyediakan daftar penyakit tumbuhan (list of plant diseases). Tampilan tanaman dalam keadaan sehat perlu diketahui sebab kultivar tertentu dari suatu jenis tanaman berpenampilan berbeda dengan tampilan umum jenis tanaman yang bersangkutan, sebagaimana misalnya kultivar variegata yang berpenampilan berbeda dari tampilan umum jenis tanaman tersebut bukan berarti karena penyakit.
  2. Memeriksa gejala penyakit dan tanda patogen, dilakukan dengan memeriksa tampilan gejala penyakit secara umum dan dan variasi tampilan dari gejala penyakit tertentu, memeriksa keberadaan tanda patogen, dan memastikan organ apa saja dari tanaman yang bergejala penyakit dan/atau bertanda patogen. Sebagaimana sudah diuraikan pada materi 2.1, gejala penyakit tertentu, misalkan saja bercak daun, mempunyai banyak variasi, sehingga jika menemukan gejala bercak, perlu memastikan bercak daun yang terdapat pada tanaman termasuk bercak daun seperti apa. Sebagaimana juga sudah diuraikan pada materi 2.1, penyakit tertentu dapat disertai dengan adanya tanda patogen sehingga jika ditemukan maka akan sangat membantu dalam mendiagnosis penyakit. Yang juga perlu dilakukan adalah memastikan, pada organ apa saja dari suatu jenis tanaman, gejala penyakit dan/atau tanda patogen terjadi, apakah hanya pada organ tertentu, misalnya hanya pada daun, atau pada beberapa organ sekaligus, misalnya pada daun dan ranting atau pada daun dan buah. Oleh Stange (2003), langkah ini disebut simptomatologi dan kisaran inang.
  3. Mengamati pola, mencakup pola sebaran dalam ruang, pola intensitas penyakit, pola perkembangam, dan pola keberagaman tanaman inang. Jika gejala penyakit menyebar secara seragam, sangat mungkin disebabkan oleh faktor abiotik, seperti misalnya kekeringan atau kekurangan unsur hara. Dalam kaitan dengan intensitas penyakit, yaitu derajat keparahan penyakit, jika cenderung seragam maka sangat mungkin disebabkan oleh faktor abiotik. Demikian juga dengan perkembangan penyakit, baik perkembangan dalam waktu maupun perkembangan dalam ruang, jika tanaman bergejala penyakit tertentu tidak meningkat intensitasnya dari satu waktu ke watu berikutnya atau tidak meluas ke tanaman yang sama di sekitarnya maka sangat mungkin penyebabnya adalah faktor abiotik. Perlu juga diperhatikan bahwa untuk banyak jenis patogen, selain menginfeksi satu jenis tanaman, juga dapat menginfeksi jenis tanaman lain sehingga perlu dipastikan apakah ada tanaman lain yang bergejala penyakit dan/atau bertanda patogen sama. 
  4. Bertanya kepada petani dan tetangganya, terutama berkaitan dengan kejadian iklim ekstrem yang terjadi dan praktik budidaya yang dilakukan. Tanaman dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala penyakit sebagai tanggapan terhadap keadaan iklim ekstrem tertentu, misalnya misalnya karena mengalami suhu terlalu tinggi, kekeringan, terendam air, tersambar petir, tertiup angin kencang, dan sebagainya. Praktik budidaya yang dilakukan secara salah juga dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan gejala penyakit, misalnya keracunan pupuk, keracunan herbisida, penyiraman berlebihan, dan sebagainya. Pertanyaan perlu disampaikan bukan hanya kepada petani yang tanamannya bergejala penyakit, melainkan juga kepada petani tetangganya, untuk memastikan apakah mengalami kejadian iklim ekstrem yang sama atau melakukan praktik budidaya yang sama.
  5. Melakukan uji laboratorium terhadap spesimen organ tanaman bergejala penyakit dan/atau bertanda patogen, mencakup melakukan inkubasi terhadap spesimen dalam kondisi tertentu untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan patogen, mengisolasi patogen yang dapat ditumbuhkan pada media buatan yang oleh Strange (2003) disebut penumbuhan pada media selektif, melakukan uji diagnostik tertentu terhadap patogen yang tidak dapat ditumbuhkan pada media buatan yang oleh Strange (2003) disebut uji penanda biokemis (biochemical markers), dan melakukan uji diagnostik terhadap gejala penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik. Berkaitan dengan uji penanda biokemis, Strange (2003) menyebutkan terdiri atas: (a) uji metabolisme substrat, (b) uji profil asam lemak, (c) uji protein, (d) uji serologis, dan (e) uji berbasis asam nukleat. Uji penanda biokemis yang paling sederhana mungkin adalah pewarnaan (staining), sebagaimana yang lazim dilakukan terhadap bakteri agar dapat diamati dengan mikroskop cahaya. Mendiagnosis penyakit tumbuhan secara konvensional berbeda dengan mendiagnosis penyakit tumbuhan secara modern terutama pada langkah ini. Diagnosis penyakit tumbuhan secara konvensional pada langkah ini dilakukan sebatas sampai pada uji penanda biokemis (a) sampai (d), sedangkan uji berbasis asam nukleat merupakan bagian dari mendiagnosis penyakit tumbuhan secara modern.
Mendiagnosis Penyakit Tumbuhan secara Modern
Mendiagnosis penyakit tumbuhan secara modern dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu menggunakan pendekatan molekuler dan menggunakan pendekatan digital. Diagnosis penyakit dengan menggunakan kedua pendekatan ini dapat dilakukan secara lebih cepat dan lebih akurat, tetapi memerlukan peralatan yang lebih canggih dibandingkan diagnosis penyakit dengan menggunakan teknik-teknik konvensional. Bahkan saat ii tersedia peralatan yang dapat memberikan hasil langsung di lapangan tanpa harus ke laboratorium sehingga diagnosis penyakit dapat dilakukan secara real time.

Seiring dengan kemajuan teknologi, identifikasi OPT kini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik molekuler. Sebagai contoh, untuk identifikasi OPT golongan patogen kini digunakan metode identifikasi molekuler yang digolongkan menjadi metode molekuler tradisional dan metode molekuler inovatif. Metode molekuler tradisional terdiri atas:
  • Teknik-teknik assay serologis yang meliputi enzymelinked immunosorbent assay (ELISA), western blot, immunostrip assay, dot-blot immune-binding assay, dan serologically specific electron microscopy (SSEM)
  • Teknik-teknik berbasis asam nukleat yang meliputi: (a) teknik-teknis berbasis DNA: fluorescence in situ hybridization (FISH), polymerase chain reaction (PCR) dengan berbagai variannya: nested PCR (nPCR), cooperative PCR (Co-PCR), multiplex PCR (M-PCR), real-time PCR (RT-PCR), dan DNA fingerprinting, dan (b) teknik-teknik berbasis RNA: reverse transcriptase PCR, nucleic acid sequence-based amplification (NASBA), dan AmpliDet RNA
Teknik-teknik berbasis DNA selanjutnya menjadi dasar bagi pengembangan teknik identifikasi yang dikenal sebagai DNA barcoding identification.

Metode molekuler inovatif terdiri atas:
  • Lateral flow microarrays
  • Teknik-teknik berbasis senyawa organik volatil (volatile organic coumpounds, VOC) sebagai biomarkers dengan menggunakan peralatan sistem hidung buatan (artificial nose system)
Seiring dengan kemajuan teknologi pula kini sudah waktunya digunakan teknik-teknik pemrosesan citra digital (digital image processing) untuk mengidentifikasi tumbuhan dan mengidentifikasi OPT. Identifikasi didasarkan atas citra digital acuan dan mencocokkan citra digital hasil pengambilan lapangan dengan citra digital acuan tersebut. Selain untuk melakukan identifikasi, teknik yang sama dapat digunakan untuk mengkuantifikasi kejadian (incidence) dan keparahan (severity) kerusakan yang disebabkan oleh OPT berdasarkan atas citra satelit. Penggunaan teknik-teknik pemroses citra digital tersebut kini memungkinkan tersedianya layanan identifikasi otomatis daring seperti:
  • SPIDA (Species Identified Automatically) untuk mengidentifikasi laba-laba
  • DrawWing untuk mengidentifikasi serangga berdasarkan foto venasi sayap, menyediakan software untuk diunduh
  • Pla@ntNet untuk mengidentifikasi tumbuhan
Teknik-teknik pemrosesan citra digital tersebut pula yang memungkinkan layanan seperti Google PhotosFacebook, dan iNaturalist misalnya dapat melakukan identifikasi secara otomatis terhadap foto yang diunggah. Kemjuan teknik-teknik identifikasi berbasis citra digital tersebut membuka peluang pengembangan identifikasi interaktif menggunakan data citra media sosial.

Memeriksa Nama Ilmiah dan Mendeskripsikan Patogen
Hasil dari diagnosis penyakit adalah nama ilmiah patogen, terutama nama ilmiah spesies (scientific name), yang untuk algae, jamur, dan tumbuhan harus mengikuti tata nama binomial (binomial nomenclature). Nama ilmiah patogen ditentukan melalui penelitian sehingga bisa berubah sewaktu-waktu. Dalam hal nama ilmiah suatu patogen berubah maka perlu dipastikan nama ilmiah mana yang merupakan nama ilmiah yang berlaku. Untuk memastikan apakah suatu nama ilmiah merupakan nama ilmiah yang berlaku, diperlukan pemeriksaan nama ilmiah. Saat ini pemeriksaan nama ilmiah patogen dapat dilakukan secara daring dengan memanfaatkan layanan pemeriksanaan nama ilmiah, antara lain sebagai berikut:
Pemeriksaan nama ilmiah perlu dilakukan setiap kali mencantumkan nama ilmiah dalam tulisan ilmiah. Bagi mahasiswa, pemeriksaan nama ilmiah perlu dilakukan ketika mencantumkan nama ilmiah dalam penulisan laporan tugas, proposal penelitian skripsi, dan penulisan skripsi.

Setelah nama ilmiah dipastikan berlaku maka langkah berikutnya adalah mendeskripsikan patogen dengan nama ilmiah yang telah dipastikan berlaku tersebut. Deskripsi patogen dapat bersumber dari hasil pengamatan atau dari pustaka rujukan. Deskripsi disajikan dalam bentuk tulisan dengan gaya penulisan khusus penulisan deskripsi organisme, biasanya singkat dan jelas. Berbeda dengan deskripsi organisme non-OPT yang bersifat sinoptik, deskripsi patogen diagnostik sehingga disertai dengan gejala kerusakan yang ditimbulkan. Berikut adalah contoh deskripsi diagnostik patogen dalam Bahasa Inggris:
Klik tautan yang diberikan dan pelajari cara penulisan deskripsi OPT tersebut supaya jika nanti menulis skripsi mengenai OPT dapat menuliskan deskripsi OPT dengan baik.

2.1.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka

2.2.2. TUGAS KULIAH

2.2.2.1. Mendiskusikan dengan Cara Membagikan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan bagikan materi kuliah melalui media sosial yang dimiliki disertai dengan mencantumkan status tertentu, misalnya "Saya sekarang sudah tahu bahwa ternyata pengetahuan terdiri atas beberapa macam ... dst." Untuk membagikan lauar klik tombol Beranda dan kemudian klik tombol pembagian memalui media sosial dengan mengklik tombol media sosial yang tertera di sebelah kanan judul materi kuliah. Jika media sosial yang dimiliki tidak tersedia dalam ikon yang ditampilkan, klik ikon paling kanan untuk membuka ikon media sosial lainnya. Materi kuliah dibagikan paling lambat pada Selasa, 28 September 2023 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.2.2.2. Mendiskusikan dengan Cara Menyampaikan dan/atau Menanggapi Komentar
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apakah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah mempunyai kelebihan dan kelemahan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Selasa, 28 September 2023 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.2.2.3. Mengerjakan dan Melaporkan Projek
Untuk mempersiapkan mengerjakan projek menyusun proposal penelitian yang harus dikerjakan oleh setiap mahasiswa, silahkan melakukan sebagai berikut:
  1. Mencari organ tanaman bergejala penyakit dan/atau bertanda patogen pada jenis tanaman yang diamati, menentukan nama ilmiah tanaman, dan memeriksa nama ilmiah yang diperoleh pada situs GBIF (https://www.gbif.org/) dengan cara menyalin nama ilmiah yang diperoleh dan menempel di dalam kotak pencarian lalu menekan tombol search untuk memastikan bahwa nama ilmiah yang diperoleh merupakan nama ilmiah diterima.
  2. Membandingkan organ tanaman bergejala penyakit dan organ tanaman sehat dengan cara meletakkan keduanya bersandingan di atas permukaan tanah yang sudah dibersigkan lalu mengambil foto yang memperlihatkan keduanya secara jelas.
  3. Mengambil foto makro (macro) organ bergejala, yaitu foto jarak dekat untuk memperbesar tampilan bagian-bagian gejala penyakit dalam foto. Periksa ponsel masing-masing, apakah mempunyai fitur pengambilan foto makro. Jika kamera ponsel mempunyai fitur pengambilan foto makro, ambil foto makro gejala penyakit sedemikian rupa sehingga bagian-bagian kecil tampak jelas. Jika kamera ponsel tidak mempunyai fitur pengambilan foto makro, lakukan pengambilan foto biasa dengan jarak sedekat mungkin dan objek tetap tampak jelas.
  4. Mendiskusikan dengan petani apakah pernah memperhatikan gejala penyakit yang sedang diamati dan kalau pernah, apakah mengetahui nama gejala penyakit atau nama penyakit dengan gejala tersebut. Jika petani mengatakan kurang memperhatikan, tanyakan apakah karena penyakit kurang merugikan atau karena alasan lain.
  5. Setelah mengamati gejala penyakit dan/atau tanda patogen dan mendiskusikannya dengan petani, jelaskan langkah berikutnya yang perlu dilakukan dalam mendiagnosis penyakit.
Selahkan menggunakan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan 1-3 untuk mengerjakan Laporan Projek Kuliah.

2.2.3. ADMINISTRASI PELAKSANAAN KULIAH
Sebagai pertanggunjawaban adominsitasi bahwa kuliah sudah dilaksanakan, silahkan menandatangani daftar hadir dan memasukkan laporan mengerjakan projek kuliah sebagai berikut:
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Kamis, 23 September 2023 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa untuk memastikan daftar hadir sudah ditandatangani;
  2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Selasa, 27 September 2022 pukul 24.00 WITA dan setelah memasukkan, silahkan periksa untuk memastikan laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan tidak menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah akan ditetapkan sebagai tidak melaksanakan kuliah.

***********
Hak cipta blog pada: I Wayan Mudita
Diterbitkan pertama kali pada 2 September 2022, belum pernah diperbarui.

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

22 komentar:

  1. Apa perbedaan yang paling mencolok dari metode molekuler tradisional dan inovatif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perbedaan yang paling mencolok antara metode molekuler tradisional dan inovatif adalah dalam pendekatan dan teknologi yang digunakan:

      1. Metode Molekuler Tradisional:
      - Menggunakan teknik klasik seperti PCR (Polymerase Chain Reaction), elektroforesis gel, dan sekuensing Sanger.
      - Lebih lambat dalam menghasilkan data genetik karena keterbatasan kecepatan dan sensitivitas alat.
      - Biasanya memerlukan jumlah DNA yang lebih besar untuk analisis.
      - Seringkali hanya dapat mengamati satu atau beberapa target genetik pada satu waktu.
      - Cenderung memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga kerja manusia.

      2. Metode Molekuler Inovatif:
      - Menggunakan teknologi canggih seperti Next-Generation Sequencing (NGS), CRISPR-Cas9, dan metode berbasis mikrochip.
      - Lebih cepat dan mampu menghasilkan data genetik dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
      - Dapat mengamati banyak target genetik secara bersamaan (multiplexing).
      - Dapat mengidentifikasi variasi genetik yang lebih kompleks, seperti mutasi dalam gen tertentu.
      - Mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia dan meningkatkan otomatisasi.

      Penggunaan metode molekuler inovatif telah mengubah cara kita memahami genetika, biologi molekuler, dan penelitian ilmiah secara umum, dengan memungkinkan analisis yang lebih mendalam dan cepat atas materi genetik.

      Hapus
  2. Kenapa tindakan diagnosis pada penyakit tanaman penting dilakukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Melakukan diagnosis dan identifikasi penyakit yang terjadi pada tanaman budidaya merupakan suatu hal yang penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan suatu rekomendasi pengendalian yang baik. Rekomendasi pengendalian penyakit yang menyerang tanaman sampel merupakan rekomendasi yang ramah lingkungan.

      Hapus
  3. Apakah memungkinkan bagi petani untuk melakukan kegiatan diagnosis penyakit secara mandiri?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya
      Yang pertama bisa dengan melihat gejala penyakit yang timbul pada tanaman, yang kedua melihat tanda pada tanaman. Contoh penyakit layu tanaman pisang, apabila kita potong melintang tanaman pisang atau buah pisangnya dan ditemukan banyak titik-titik noda coklat hitam merah, maka itu adalah massa bakteri Pseudomonas sp. Dari sini baru kita bisa menyimpulkan bahwa pisang tersebut terserang penyakit darah bakteri.

      Hapus
  4. Teknik apa saja yang digunakan untuk mengkuantifikasi kejadian (incidence) dan keparahan (severity) kerusakan yang disebabkan oleh OPT?

    BalasHapus
  5. Mendiagnosis penyakit tumbuhan secara modern dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu menggunakan pendekatan molekuler dan menggunakan pendekatan digital.
    Apa yang dimaksudkan dengan pendekatan molekuler dan pendekatan digital?

    BalasHapus
  6. Mengapa cuaca dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit pada tanaman?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gangguan pada tanaman dapat ditimbulkan oleh cuaca yang buruk, defisiensi unsur hara, gulma, hewan (terutama serangga) dan mikroorganisme. Dalam kelompok mikroorganisme terdapat antara lain bakteri, cendawan dan nematoda.

      Hapus
  7. organisme apa saja yang menyebabkan gejala penyakit atau tanda patogen pada tanaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Patogen tanaman ini dapat menimbulkan penyakit pada tanaman. Umumnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit tanaman terdiri dari Fungi, Virus, Bakteri, dan ada juga Nematoda.

      Hapus
  8. Mengapa pemeriksaan molekuler mampu memberikan informasi yang lebih akurat dalam mengidentifikasi suatu organisme?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Proses identifikasi molekuler dikatakan lebih akurat dikarenakan menggunakan identifikasi secara genetis dari mikrobia yang telah diisolasi.

      Hapus
  9. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  10. Apa yang dimaksud dengan gejala penyakit symptom pada tanaman?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adanya penyakit pada tanaman dapat diketahui melalui penampakan gejala (symptom) dan tanda (sign). Gejala (symptom), adalah ekspresi dari inang terhadap kondisi penyakit patologik sehingga suatu penyakit tertentu dapat dibedakan dengan penyakit lain. Gejala selalu berubah dengan berkembangnya penyakit.

      Hapus
  11. Jelaskan Mendiagnosis Penyakit Tumbuhan secara Modern

    BalasHapus
  12. Hasil dari diagnosis penyakit adalah nama ilmiah patogen, terutama nama ilmiah spesies (scientific name), yang untuk algae, jamur, dan tumbuhan harus mengikuti tata nama binomial (binomial nomenclature)

    BalasHapus
  13. Sebutkan mcm" gejala penyakit tanaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Macam-macam gejala:
      Gejala primer
      Gejala skunder
      Gejala lokal
      Gejala sistemik
      Gejala morfologi
      Gejala histologi

      Hapus
  14. Mohon menjelaskan apa yang dimaksud dengan organisme parasit obligat?Dan apa contohnya?

    BalasHapus